Senin, 20 April 2009

Kepergianmu

Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas

untuk mu ayah.........

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Karya : Suntia

Minggu, 19 April 2009

PUISI UNTUK TEMAN







TEMAN

Puisi merupakan sebuah ungkapan jiwa yang jujur.Apa yang dikandung puisi adalah ekspresi atau reaksi pembuat terhadap kenyataan yang dijumpainya.Oleh karena itu,cukup beralasan bila banyak orang lebih memilih puisi sebagai sarana berekspresi.Dari rakyat jelata sampai para pejabat.Dari orang yang sedang kasmaran sampai pada orang yang sedang patah hati. Makanya aku buat blog nie,tuk nampung puisi2nya orang,trutama penyair yang terkenal di tanah air kita,,, Tapi buat pengunjung yang ingin berpartisipasi, bisa kirimkan puisi2 kamu ato puisinya sapa lah

Kubiarkan..

cahaya bintang memilikimu

kubiarkan

angin yang pucat,dan tak habis-habisnya

gelisah…

tiba-tiba menjelma isyarat

merebutmu..

entah kapan kau bisa kutangkap…….




PUISI TENTANG SEPI

DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949/2009

PUISI TENTANG MALAM

MALAM.......

Tak ada angin
hening dari bunyi-bunyian
sepi kaku dan dingin
bulan tua mengintip dari jendela kaca
redup sipit merona kemerahan
sepekan lagi hari lebaran
diri tak bisa dan tak mau tidur
resah gelisah bersarang dalam pikiran
masih juga aku tergila-gila
mau datang ke kampunghalaman
lalu adakah yang akan kutemukan?
kuburan bunda - ayah dan keluarga
dan sisa-sisa kebencian
serta dendam lama
yang belum habis terkikis
tapi aku tetap rindu
pada pantai pada laut pada alam
pagi-pagi terdengar kokok ayam
lalu menjelang siang, kuik-kuik elang
berseru memanggil hujan
pada orang-orang yang lewat di jalanan
ada yang senyumnya seperti malaikat
ada setitik dua titik yang sedia bersahabat
bibit-bibit yang baik dan sehat
selalu ada di mana-mana
akan ditemukan
buat semua itulah aku mencari kalian,-

karya : suntia
 

PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

20 April 2009 / 1943




PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

20 April 2009/1943


Jumat, 17 April 2009

PUISI DARI AYAH

Mana itu keributan dan kegaduhan yang menyenangkan?
Mana itu belajar yang bisa disertai bermain?
Mana itu kecerian masa kanak-kanak?
Mana mainan dan mana buku yang berserakan di tanah?
Mana itu pertengkaran yang tanpa pretensi?
Mana itu pengaduan yang tanpa ada sebab?
Mana itu tangisan dan tawa di waktu yang sama?
Mana itu sedih dan gembira yang bisa beriring–bersama?
Mana itu lomba makan dan minum mereka yang aku rindukan?

Setiap kali pulang
Mereka berebutan dekat dan bersamaku
Setiap kali takut dan senang
Mereka digiring oleh fitrah mereka untuk menemuiku

Ketika mereka senang
Nyanyian mereka “ayah”
Ketika mereka marah
Ancaman mereka “ayah”
Ketika mereka jauh
Telpon mereka “ayah”
Ketika mereka dekat
Bisikan mereka “ayah”

Kemarin mereka memenuhi rumah kami
Sayang hari ini mereka sudah pergi

Ketika mereka jauh
Seolah beragam beban dihukum sepi berjatuhan di rumah ini
Tidur sejenak orang yang sedang demam bisa membuat tenang sedih bercampur lelah yang menderunya

Mereka pergi
Benar! Mereka telah pergi

Rumah mereka di hati ini
Meski mereka jauh
Meski mereka di dekat sini
Aku selalu melihat mereka kemana saja aku melangkah
Ketika mereka tenang
Ketika mereka ingin pergi

Di hati ini
Aku merasakan mereka masih bermain di rumah ini
Mereka tidak pernah lelah

Setiap kali menang dalam permainan
Binar mata mereka begitu menyenangkan
Setiap kali kalah dalam permainan
Air mata pun menyelimuti mata mereka
Setiap tiang rumah ini
Bernilai sejarah bagi mereka
Setiap sudut rumah ini
Punya kehebohan tersendiri

Mereka pernah memecahkan kaca jendela
Mereka pernah melubangi dinding yang sudah dicat
Mereka pernah mematahkan papan pintu
Mereka pernah mencorat-coret dan menulis di pintu itu
Mereka pernah habiskan sebagian makanan yang ada di piring itu
Mereka pernah mengumpulkan permen jarahan mereka di toples permen itu
Mereka pernah mengingit setengah apel itu
Mereka pernah meneguk sisa air itu

Aku selalu melihat mereka kemanapun mata ini tertuju
Seperti lubang-lubang burung plover yang sudah mereka gali

Air mata yang aku sembunyikan kini telah membeku
Ketika mereka berkaca ingin menangis sesaat sebelum pergi
Sampai ketika mereka pergi
Aku merasa mereka telah mencabut kekuatan yang ada pada diri ini

Aku mendapati diri ini seperti anak kecil yang patut dikasihani
Anak kecil yang kehujanan
Meski banyak orang heran ada laki-laki yang menangis
Tapi, seandainya aku tidak menangis
Tentu itu akan lebih mengherankan lagi
Ingat, tidak semua tangisan itu pertanda lemah

Aku seorang ayah
Aku punya cita-cita

UNTUK BUNDA

Ibu…… Malam ini dingin sekali….

Menunggu Ibu tepati janji…

Aku rindu Ibu temani…

Meski untuk terakhir kali…

Ibu….. Aku sudah sekarat…

Nafas ini semakin berat…

Merangkak saja aku tak kuat…

Apa lagi memburu zakat…

Ibu….. Aku sangat...

Ibu…mataku kabur…

Sudah tiga hari aku tak tidur…

Perutku hanya berisi bubur…

Sakit sekali rasa di dubur…

Ibu…aku sudah tak kuat.. Tak ada uang untuk berobat…

Apakah semua orang jahat…

Hanya ibulah yang malaikat..

Ibu…aku ingin pergi… Menyusul...

Setelah dipikir-pikir, selain memasukkan puisi tentang hubungan antara Ibu dan Anak dalam kehidupan Anak Jalanan ke dalam kategori Puisi suntia yang baru,...

Maaf Ibu,………….

Kadang kuluput memikirkanmu

Karena seringnya memikirkan diriku

Kadang aku tidak membantumu

Karena sering bergelut dengan kesibukkanku

Kadang aku pergi meninggalkan rumah dan ibu Karena seringnya pergi dengan teman-temanku

Kadang aku jarang bicara...sehingga ibu menjadi acuh kepada aku

Ibu ………..

Kini aku merindukanmu dalam setiap hela nafasku