Jumat, 17 April 2009

PUISI DARI AYAH

Mana itu keributan dan kegaduhan yang menyenangkan?
Mana itu belajar yang bisa disertai bermain?
Mana itu kecerian masa kanak-kanak?
Mana mainan dan mana buku yang berserakan di tanah?
Mana itu pertengkaran yang tanpa pretensi?
Mana itu pengaduan yang tanpa ada sebab?
Mana itu tangisan dan tawa di waktu yang sama?
Mana itu sedih dan gembira yang bisa beriring–bersama?
Mana itu lomba makan dan minum mereka yang aku rindukan?

Setiap kali pulang
Mereka berebutan dekat dan bersamaku
Setiap kali takut dan senang
Mereka digiring oleh fitrah mereka untuk menemuiku

Ketika mereka senang
Nyanyian mereka “ayah”
Ketika mereka marah
Ancaman mereka “ayah”
Ketika mereka jauh
Telpon mereka “ayah”
Ketika mereka dekat
Bisikan mereka “ayah”

Kemarin mereka memenuhi rumah kami
Sayang hari ini mereka sudah pergi

Ketika mereka jauh
Seolah beragam beban dihukum sepi berjatuhan di rumah ini
Tidur sejenak orang yang sedang demam bisa membuat tenang sedih bercampur lelah yang menderunya

Mereka pergi
Benar! Mereka telah pergi

Rumah mereka di hati ini
Meski mereka jauh
Meski mereka di dekat sini
Aku selalu melihat mereka kemana saja aku melangkah
Ketika mereka tenang
Ketika mereka ingin pergi

Di hati ini
Aku merasakan mereka masih bermain di rumah ini
Mereka tidak pernah lelah

Setiap kali menang dalam permainan
Binar mata mereka begitu menyenangkan
Setiap kali kalah dalam permainan
Air mata pun menyelimuti mata mereka
Setiap tiang rumah ini
Bernilai sejarah bagi mereka
Setiap sudut rumah ini
Punya kehebohan tersendiri

Mereka pernah memecahkan kaca jendela
Mereka pernah melubangi dinding yang sudah dicat
Mereka pernah mematahkan papan pintu
Mereka pernah mencorat-coret dan menulis di pintu itu
Mereka pernah habiskan sebagian makanan yang ada di piring itu
Mereka pernah mengumpulkan permen jarahan mereka di toples permen itu
Mereka pernah mengingit setengah apel itu
Mereka pernah meneguk sisa air itu

Aku selalu melihat mereka kemanapun mata ini tertuju
Seperti lubang-lubang burung plover yang sudah mereka gali

Air mata yang aku sembunyikan kini telah membeku
Ketika mereka berkaca ingin menangis sesaat sebelum pergi
Sampai ketika mereka pergi
Aku merasa mereka telah mencabut kekuatan yang ada pada diri ini

Aku mendapati diri ini seperti anak kecil yang patut dikasihani
Anak kecil yang kehujanan
Meski banyak orang heran ada laki-laki yang menangis
Tapi, seandainya aku tidak menangis
Tentu itu akan lebih mengherankan lagi
Ingat, tidak semua tangisan itu pertanda lemah

Aku seorang ayah
Aku punya cita-cita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar